Sabtu, 20 November 2010

Komparasi Metode PAI di Dunia Islam dan Barat

KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ISLAM
DI DUNIA ISLAM DAN BARAT

A. Pendahuluan
Suatu negara menyelenggarakan pendidikan bagi bangsanya adalah dengan maksud mencerdaskan rakyat, meningkatkan pengetahuan mereka demi kesejahteraan bersama yang pada gilirannya akan menjadikan negara itu mengalami kemajuan. Akan tetapi perkembangan pendidikan suatu negara perlu melihat kemajuan pendidikan yang dicapai oleh negara lain. Itulah sebabnya dalam memajukan pendidikan suatu Negara perlu membandingkan dengan pelaksanaan pendidikan di negara lain, mengetahui persamaan dan perbedaannya, kelebihan dan kelemahannya lalu mengambil unsur positifnya sekaligus menyesuaikannya dengan kondisi lokal. Terutama membahas masalah metode pembelajaran pendidikan Islam atau studi Islam di dunia Islam dan Barat
Tentu saja pengalaman pendidikan suatu negara tidak dapat ditranplantasikan begitu saja ke negara lain karena perbedaan budaya, politik, hukum, ekonomi dan lainnya namun pada taraf tertentu prinsip umum yang menjiwai suatu penyelenggaraan pendidikan dapat berlaku secara global di negara lain. Adapun praktiknya bisa disesuaikan dengan Negara yang bersangkutan.
Komparasi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah perbandingan antara metode pembelajaran Pendidikan Islam di dunia Islam dan Barat. Perlu penulis berikan penjelasan bahwa dunia Islam penulis batasi dalam konteks, bukan saja negara yang secara formal menjadikan ajaran Islam yakni Al-Qur’an-Hadis sebagai Undang-Undang Negara dan kebijakan pemerintah yang berlaku secara nasional di negara-negaranya melainkan di samping itu dunia Islam adalah dunia dengan Negara dengan komposisi mayoritas berpendudik muslim, dan hak mereka selaku muslim di lindungi. Adapun dunia Islam meliputi Negara yang menjadi anggota OKI diantaranya adalah Negara Mesir dan Malaysia dan dunia Barat penulis batasi meliputi Belanda, dan Amerika Serikat.
Dari uraian tersebut, maka penulis akan membahas mengenai perbandingan metode pembelajaran Pendidikan Islam di dunia Islam dan Barat tentunya tak lepas dari kebijakan pendidikan masing-masing negara yang akan penulis sorot per-negara kemudian disimpulkan secara garis besar menurut sudut pandang penulis.

B. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa Yunani (Greek) terdiri dari dua perkataan yaitu Meta dan Hodos. Meta berarti melalui dan Hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Sebagai landasan pengembangan kurikulum masa depan yang berdasarkan pendekatan multikultural dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan. Filosofi kurikulum yang progresif seperti humanisme, progressivisme dan rekonstruksi sosial dapat dijadikan landasan pengembangan kurikulum.
2. Teori kurikulum tentang konten haruslah berubah dari teori yang mengartikan konten sebagai aspek substantif yang berisikan fakta, teori, generalisasi ke pengertian yang mencakup pula nilai moral, prosedur, proses dan ketrampilan yang harus dimiliki generasi muda.
3. Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memerhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi dan politik tidak boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai makhluk sosial, budaya, politik yang hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa dan dunia yang harus diseragamkan oleh institusi pendidikan.
4. Proses belajar yang dikembangkan untuk siswa haruslah pula berdasarkan proses yang memiliki tingkat isomorphisme yang tinggi dengan kenyataan social. Artinya proses belajar yang mengandalkan siswa belajar individualistis dan bersaing secara kompetitif individualistis harus ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam suatu situasi yang positif.
5. Evaluasi yang digunakan haruslah meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan dan konten yang dikemanghkan. Alat evaluasi yang digunakan haruslah beragam sesuai dengan sifat, tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan. Penggunaaan alternative assessment (portofolio, catatan observasi, wawancara) dapat pula digunakan.
Adapun metode pembelajaran Pendidikan Islam agar dapat menghasilkan lulusan yang kritis dan kreatif adalah
1. Metode a double movement.
Metode ini terdiri dari gerakan ganda, yaitu gerakan dari dari guru ke peserta didik dan sebaliknya dari gerakan peserta didik ke guru. Metode ini diterapkan dengan cara, yaitu gerakan pertama ditujukan pada pemenuhan kompetensi peserta didik dan gerak kedua diarahkan pada pragmatis dan fungsi peserta didik, misalnya peran sosial di masyarakat. Gerak pertama berupa penyadaran akan pentingnya peserta didik memiliki kompetensi tertentu yang memang dibutuhkan oleh umat, dan gerak kedua merupakan kompetensi peserta didik berperan dalam masyarakat setelah mereka selesai menempuh program pendidikan tertentu. Misalnya, ketika mereka masih sekolah menginginkan memiliki kompetensi di bidang pertanian, setelah mereka lulus memang betul-betul dibutuhkan oleh umat.
2. Metode diskusi.
Metode ini dilakukan dengan terbuka dalam arti bahwa peserta didik bisa secara leluasa mengadakan diskusi, baik dengan guru maupun dengan peserta didik tanpa ada rasa takut dan batasan untuk mengemukakan gagasan mereka.
3. Metode pembelajaran kebebasan dan penyadaran.
Peserta didik disadarkan akan posisinya, lantas diberi kebebasan dan motivasi untuk berbuat.
4. Metode dialogis.
Yaitu proses pembelajaran dimana guru menempatkan peserta didik sebagai subyek pendidikan, bukan sebagai obyek. Metode ini bisa dengan pendidik atau antar peserta didik.





C. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam di Mesir
1. Sekilas Pandangan Pendidikan di Al-Azhar

Al-Azhar yang dibangun sejak tahun 359 H, merupakan dasar fundamental dalam membangun paradigma pemikiran keislaman diseluruh dunia. Proses transformasi pemikiran ini bermula dari halaqoh yang diadakan dalam masjid azhar dengan tradisional. Studi halaqoh ini untuk yang pertama kalinya meliputi empat macam materi :
a. Studi khusus untuk mempelajari Al-qur`an dan hadis
b. Studi mencetak guru yang berkualitas iman dan taqwa.
c. Studi yang tergabung dalam majlis Al-hikmah ( khusus untuk tingkatan ulama`)
d. Studi keagamaan khusus bagi wanita
Adapun bidang studi yang digarap adalah bidang studi keislaman yang meliputi bahasa Arab, ilmu logika, ilmu falaq, dan lain-lain. Pasang surut dari suatu perkembangan tetaplah ada, dan ini lah yang terjadi di Azhar. Pada paska pemerintahan Solahuddin Al-ayubi, proses pendidikan Azhar terhenti dan menyebabkan dinamika pemikiran saat itu menjadi statis dalam kurun waktu seratus tahun, baru pemerintahan dipegang oleh para mamalik yaitu pada tahun 866 H, Al-azhar diaktifkan kembali. Seiring dengan penaklukan tarta terhadap kota Bagdad dan pembantaian kaum muslimin di Andalusia, Al-azhar menjadi tumpuan para ulama` untuk menghindari malapetaka dan kekejaman tersebut. Mereka ( para ulama` ) seperti Ibnu Kholdun, Abd Latif Al-bagdady, Ibnu Malik Khan dan lain-lain ikut menyumbangkan khasanah pemikiran Al-azhar. Hal itu didukung oleh pemerintahan Mamalik yang mempunyai ide dalam mempertahannkan ilmu pengetahuan dengan cara memodifikasi karya para ulama` dari berbagi cabang disiplin ilmu.
2. Ide Pembaharuan Pra-Muhammad Abduh
Masa terbentuknya sistem Grand Syeikh Al-azhar pada tahun 952 H/1517 M. menambah kokohnya kedudukan Al-azhar dalam memberikan reputasi ilmiah bagi tenaga pengajar, mufti dan hakim. Seorang syeh Azhar adalah rujukan dari segala macam persoalan keilmuan maupun keadminitrasian sampai masalah pewakafan sehingga sebagai hak seorang syeh untuk melakukan pembagian harta wakaf, hadiah dan lain-lain.
Sistem halaqoh pada waktu itu terdapat tiga metode yaitu penjelasan (syarah), diskusi (naqosy), dialog (khiwar).
Mulai abad XIX dengung pembaharuan mulai bergema di lingkungan al-Azhar, karena pada pemerintahan Muhammad Ali, sekolah-sekolahan di Mesir sudah menerapkan pola ala barat
Tranformasi pemikiran pada masa pemula tersebut disesuaikan pada situasi politik fathimi yang bermadhabkan Syiah, dan pada masa itu terdapat satu bentuk renovasi dalam memajukan pemikiran islam, sehingga tercetuslah sistem pengajaran yang belum pernah terealisasi pada masa lampau. Metode pendidikan klasifikasi sudah mulai diterapkan seiring dengan perkembangan zaman.
Arah baru hawa politik Ayyubi menambah semilir angin kemajuan pada proses belajar dan mengajar di Al-Azhar, dimana bidang studi mulai merangkak pada Al-ulum al-Aqliyah yang meliputi bidang kedokteran ilmu filsafat dll. Al-ayubi juga membentuk dewan administrasi azhar. Usaha utama dalam dewan ini adalah mengeluarkan aturan mengenai sistem pembagian pendidikan al-azhar
Masa pembelajaran al-azhar dibagi menjadi 2 periode :
a. Periode pendidikan dasar yang membutuhkan masa belajar selama 8 tahun dan mendapat Syahadah aliyah ( ijasah kualifikasi ).
b. Periode menengah dan tinggi dengan masa belajar selama 6 tahun dan mendapat Syahadah alamiyah ( kesejahteraan )
Syarat-syarat yang diajukan oleh peraturan tersebut yaitu diwajibkan bagi calon pelajar mampu menulis dan membaca serta menghafal setengah dari kitab Al-Qur’an.
3. Pembaharuan M.Abduh
Bila Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan sistem pendidikan secara nasional di Mesir melalu jalur politiknya sebagai pejabat pemerintah, Muhammad Abduh tercatat sebagai pembaharu Pendidikan Mesir, terutama untuk skop lembaga pendidikan tradisional dan keagamaan. Bagi Abduh ilmu pengetahuan modern yang berkembang di Barat bersumber dari sunatullah jadi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Iptek telah menjadi sebab kemajuan umat Islam di masa lampau dan merupakan faktor kemajuan di dunia Barat saat ini.Untuk memodernisasi kembali umat Islam, Iptek harus kembali dipelajari. Abduh menghendaki dimasukkannya disiplin ilmu modern dalam kurikulum Al-Azhar, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi dan sejarah. Abduh berupaya mengintegrasikan ilmu modern dengan agama. Sekarang Al-Azhar bukan lagi universitas keagamaan yang hanya memiliki beberapa fakultas seperti fakultas Tarbiyah, Syari’ah, Dakwah, Ushuludin dan Adab, melainkan juga terdiri atas berbagai fakultas umum seperti Fakultas Pertanian, Fak. Ekonomi, Fak. Farmasi, Kedokteran, Ilmu Pasti Alam, Teknik dan Industri dan Fakultas Perdagangan dan Manajemen.Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir. Dewasa ini Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan potensi pendidikannya. Berdasarkan data Dirjen Dikti 1997, disebutkan bahwa dalam satu juta penduduk di Mesir terdapat 400 doktor, suatu angka yang signifikan bila dibandingkan dengan potensi human resources di negara-negara Islam anggota OKI lainnya.
D. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam di Malaysia
Pendidikan di Malaysia bertujuan mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani, berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan.Tujuan ini dimaksudkan agar dapat melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berakhlak mulia dan bertanggungjawab terhadap masyarakat dan negara.
Pada dekade 1990-an Malaysia mengadakan perubahan kebijakan pendidikan diantaranya adalah mengutamakan pendidikan teknologi dengan tujuan melahirkan pelajar yang mahir dalam bidang seni perusahaan, perdagangan, dan ekonomi.
Dan beberapa perguruan tinggi yang representatif adalah Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Malaya, Universiti Teknologi Malaysia, Universiti Islam Internasional Malaysia dan Institut Kefahaman Islam Malaysia
Sejak Merdeka pada tahun 1957, ilmu pengetahuan agama Islam telah dijadikan sebagai kurikulum pendidikan nasional di Malaysia, diberikan selama 120 menit perminggu. Akan tetapi karena pemerintah tidak melakukan penekanan atau kewajiban lulus ujian ilmu pengetahuan agama Islam, pelajaran ini tidak mendapat perhatian serius dari siswa. Pada tahun 1982, Perdana Menteri Mahathir Muhammad mengambil keputusan untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai Islam di Pemerintahan. Dengan demikian peran Islam kian penting dalam negara. Islamisasi pemerintahan ini bisa dibuktikan dengan adanya pembentukan Bank Islam, Sistem Asuransi Islam, Universitas Islam Internasional Penyempurnaan Keagamaan Islam dan lain-lain. Pada tahun 1983 Departemen pendidikan menyatakan bahwa nilai-nilai moral akan diajarkan kepada pelajar nonmuslim, sementara ilmu pengetahuan agama akan diajarkan kepada para pelajar muslim. Akibatnya menjelang akhir tahun 1990-an secara drastis jumlah mahasiswi yang memakai jilbab kian meningkat dan perempuan yang tidak berjilbab adalah perillaku perkecualian. Perkembangan masjid dan surau di Malaysia mencerminkan semaraknya aktivitas umat Islam. Masjid-masjid itu bukan saja untuk melaksanakan praktik ibadah salat, melainkan juga sebagai lembaga pendidikan Islam. Surau An-Nur di Bandar Baru Bangi, misalnya merupakan tempat kajian Al-Qur’an dan Tafsir baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Untuk metode pembelajaran pendidikan Islam di Malaysia yeng utama dan paling menonjol adalah metode Spiritual-Mentality Building. Sebagaimana yang diterapkan Rasulullah. Rasulullah meletakkan pondasi mental berlandaskan aqidah yang kuat terhadap kaum muslimin semasa itu. Karena jika pendidikan tidak dimulai dari dalam diri, maka apapun manifestasi pendidikan tersebut hanyalah manipulatiif. Pembentukan mental islam yang kuat akan menghindarkan anak didik dari penyakit hati seperti benci, dengki, buruk sangka, sombong, bohong, pesimis, dsb. Jika seseorang telah mampu mengeliminasi penyakit hati, maka orang tersebut berpotensi besar untuk sukses.

E. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam di Belanda
Sejak hampir 15 tahun di Belanda bermunculan sekolah-sekolah dasar Islam. Sekolah-sekolah ini sebenarnya tidak berbeda dengan sekolah-sekolah Belanda lainnya dari segi kurikulum dan kualitas guru mata pelajaran umum. Guru-gurunya juga harus berkualitas yang sama dengan guru-guru sekolah Belanda lainnya. Bedanya hanya pada pelajaran agama dan suasananya. Kalau di sekolah-sekolah lain pada pelajaran agama diajarkan tentang agama-agama lain, tentu di sekolah Islam diajarkan pelajaran agama Islam. Selain itu suasanya Islami. Guru dan murid perempuan berbusana Islam. Juga diselenggarakan sholat berjamaah serta hari-hari besar dirayakan bersama.
Namun dalam hal ini ada perbedaan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Ada yang moderat dan ada pula yang sangat fundamentalis dan malah ekstrem. Gara-gara inilah maka muncul berita belakangan bahwa sekolah Islam itu mengajarkan kebencian terhadap Belanda dan Barat pada umumnya. Ini berarti bertentangan dengan kebijakaan pemerintah Belanda yang menginginkan integrasi kelompok imigran di Belanda. Oleh karena itu inspeksi pendidikan di bawah departemen pendidikan Belanda mengadakan penyelidikan tadi. Inspeksi itu bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut. Benarkah sekolah-sekolah Islam menghalangi proses integrasi? Dan laporan inspeksi ternyata positif. Sekolah Islam tidak menghalangi proses integrasi.
Mengenai hasil penyelidikan dinas inspeksi pendidikan Belanda ini, fokus akhir pekan mewawancarai Yassin Hartog, seorang warga Belanda yang masuk Islam, dari Islam en Burgerschap (Islam dan kewargaan). Terlebih dahulu ditanyakan apa itu Islam en burgerschap.
Menurut Yassin Hartog: “Islam en burgerschap (Islam dan kewargaan) adalah organisasi yang berusaha meningkatkan keterlibatan muslim sebagai anggota masyarakat di Belanda. Titik tolak kami bahwa Islam itu sumber yang kaya norma dan nilai yang juga bisa dijadikan bahan pendekatan terhadap orang Islam. Kami ingin menggunakan norma dan nilai Islam untuk menggalakkan partisipasi muslim sebagai warga di Belanda”

F. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam di Amerika
Dalam banyak hal sistem pendidikan di Amerika berbeda dengan yang berlaku di Indonesia, termasuk masalah metode pembelajaran dan tingkat pendidikan. Nilai-nilai individualisme dan kejujuran amat ditekankan dalam konteks kebijakan dan metode pendidikan di Amerika. Beberapa metode intruksional di Perguruan Tinggi yang umumnya diterapkan di Amerika adalah:
1. Kuliah. Metode pembelajaan yang paling umum adalah kuliah di ruang kelas. Perkuliahan ini didukung oleh diskusi kelas (khususnya apabila kelas kecil) dan diskusi kelompok (khususnya bila kelas besar, kelas para sarjana, yakni asisten pengajaran membantu seorang profesor yang hadir memberi kuliah ) dengan membaca tugas buku teks atau buku perpustakaan, serta bisa jadi melakukan tugas tertulis yang sifatnya rutin.
Penting bagi seorang mahasiswa untuk ikut serta terlibat dalam diskusi di ruang kelas. Di beberapa negara mungkin saja mahasiswa yang bertanya atau berlawanan pendapat dengan guru / dosen dipandang ” tidak sopan”. Di Amerika, sebaliknya, bertanya atau berbeda pendapat dengan guru dipandang sebagai tanda memiliki minat, perhatian, dan berpikir mandiri. Di banyak kelas, sebagian nilai mahasiswa ditentukan oleh kontribusi mahasiswa dalam diskusi kelas. Bila anda hanya duduk denagan ” sopan” karena diam, anda dianggap tidak berminat pada apa yang sedang dibahas di kelas atau anda tidak memahaminya.
Jika kelas teramat besar untuk mendapat kesempatan bertanya dan berdiskusi, atau jika karena alasan lain Anda tidak mendapat peluang untuk mengajukan pertanyaan di kelas, Anda dapat mengunjungi dosen secara pribadi selama jam dinasnya atu membuat janji agar dapa menjumpainya di kantor. Biasanya seorang dosen mengumumkan jam kantornya pada saat pertemuan pertama di ruang kelas. Jika karena alasan kelas besar, kelas parasarjana, biasanya terdapat asisten pengajar sarjana yang dapat menjawab pertanyaan anda.;
2. Seminar. Seminar merupakan kelas kecil, kelas parasarjana, biasanya terdapat dijenjang sarjana. Dalam seminar, waktu di curahkan seluruhnya kearah diskusi. Para mahasiswa sering dipersyaratkan untuk mempersiapkan presentasi seminar atas dasar bacaan atau penelitian mandiri mereka
3. Laboratorium. Sebagian kuliah memerlukan praktik di laboratorium; teori yang dipelajari di ruang kelas diterapkan untuk menyelesaikan masalah praktis;
4. Riset. Dalam banyak perkuliahan sering dipersyaratkan untuk menulis”penelitian” atau ”akalah”. Makalah didasarkan atas kajian atau penelitian yang dikerjakan di perpustakaan atau laboratorium. Seorang dosen biasanya memberi tugas membuat makalah sejak awal perkuliahan pertama. Mahasiswa diharapkan mengerjakan tugas tersebut selama satu semester, lalu menyerahkannya menjelang akhir semester. Nilai yang Anda peroleh dari makalah merupakan bagian penting dari tahap perkuliahan. Kiranya bijak untuk menyelesaikan makalah segera mungkin sehingga ada waktu luang untuk bertanya kepada orang lain dalam me-reviw makalah tersebut dan mengadakan refisi.

G. Kesimpulan
Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa;
1. Dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam haruslah memerhatikan metode pembelajaran yang memikirkan masa depan yaitu memerhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi dan politik, tidakboleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai makhluk sosial, budaya, politik yang hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa dan dunia yang harus diseragamkan oleh institusi pendidikan.
2. Metode pembelajaran pendidikan Islam di dunia Islam lebih cenderung memodernisasikan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat serta lebih menekankan pada nilai-nilai Islam dalam sistem pemerintahan.
3. Metode pembelajaran Islam di dunia Barat lebih cenderung mengislamisasikan pendidikannya dengan dunia Islam dan lebih menyesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya saat itu.
4. Metode pembelajaran pendidikan Islam yang bisa melahirkan lulusan yang kreatif yang kritis adalah metode double movement, metode diskusi, metode pembelajaran dan kebebasan dan metode dialogis




























DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Annhlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995
Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat, Yogyakarta: Gama Media, 2003
Choirul Mahfud , Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006
Fahmy Lukman, Syariat Islam dalam Kebijakan Pendidikan,www.icmimuda.org.2006, diakses tgl. 23 Mei 2008
HAR. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural, Magelang: Indonesiatera, 2003.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran, diakses tgl. 23 Mei 2008
http://www.pendidkanal-azhar.html, diakses tgl. 23 Mei 2008.
http://www.stidiislamdibelanda.html, diakses tgl. 23 Mei 2008.

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan, Studi Kritis terhadap Pemikiran Fazlur Rahman, Yogyakarta: Kota Kembang, 2006.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar